14 October 2011

Sand and Stone (Pasir dan Batu)

Sand and Stone

Two friends were walking in the desert. During the trip they argued about something. One of the two friends slapped his friend, and who was slapped he felt hurt, but he did not say anything, just wrote on the ground: "TODAY MY BEST FRIEND SLAPPED ME"

They kept walking until they found an oasis (water source), they agreed to take a shower, a friend who had been slapped slipped and nearly drowned in the oasis, but his friend came and helped him, and after being saved by his friend from danger, he wrote in the Stone "TODAY MY BEST FRIEND SAVED MY LIFE"

Friend who had slapped and saved the life of his best friend asked him, "After I hurt you, you wrote it on the ground and now, you write it in stone, why?

His friend replied: "When someone hurts us we should write it on the ground, so wind can fly it and be able to remove it so that it can be forgiven. But when someone does something nice for us, we have to carve it on stone where no wind can erase it"

Write your heart sick on the ground, and Write goodness on the stone



Pasir dan Batu 

Dua orang sahabat sedang berjalan di padang pasir. Selama dalam perjalanan mereka berdebat tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua sahabat itu menampar temannya, dan yang ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata apa apa, hanya menulis diatas tanah : "HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU"

Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat untuk mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan hampir saja tenggelam di oasis tersebut, tetapi temannya datang dan menolongnya, dan setelah diselamatkan oleh temannya dari bahaya, dia menulis di Batu "HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU"

Teman yang telah menampar dan yang telah menyelamatkan nyawa teman baiknya itu bertanya kepadanya, "Setelah saya menyakitimu, kamu menulisnya di tanah dan sekarang, kamu menulisnya diatas batu, mengapa?

Temannyapun menjawab: "Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas tanah, agar angin dapat menerbangkannya dan dapat menghapusnya sehingga dapat termaafkan. Tetapi ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik kepada kita, kita harus mengukirnya diatas batu dimana tak ada angin yang dapat menghapusnya"

Tulislah sakit hatimu diatas tanah, dan Ukirlah kebaikan diatas batu
[ Read More - Baca Selengkapnya ]

09 October 2011

The Crow and A Pitcher (Burung Gagak dan Sebuah Kendi)

The Crow and A Pitcher

In a very dry season, at which that time the birds were very difficult to get a little water to drink, a crow found a pitcher containing a little water. But the pitcher was a pitcher that high with a narrow neck. After all he was trying to drink water in the pitcher, he still could not reach it. The crow was almost feeling desperate and felt it would die of thirst.

Then suddenly an idea popped into his mind. He then took the gravel next to the pitcher, then droped it into the pitcher one by one. Each time the crow put gravel into the jar, the water level in the jug gradually increased and increased until eventually the water height could be achieved by the crow.

Although little, the knowledge could help us at the right time.





Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burung pun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendi pun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
[ Read More - Baca Selengkapnya ]

The Fighting Roosters and An Eagle (Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang)

The Fighting Roosters and An Eagle

In a farm, there lived two roosters which feuded and fought each other. One day, they started a quarrel and fought again, pecked and scratched each other. They kept fighting until one of them was defeated and ran away into a corner to hide.

The rooster which won that fight proudly flew into the roof of the cage, and flapping his wings, crowed with great pride and hard as if he wanted to let the whole world know about his victory. But just then an eagle that flew in the air heard it and finally saw the rooster on the roof. The eagle finally pounced down and grabbed the winner rooster to be brought to the nest.

The other rooster that had been defeated, saw the whole accident and came out from the hiding place and took its place as the winner in a fight earlier.

Arrogance will lead you to downfall




Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengepak-ngepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

Rasa sombong menyebabkan kejatuhan
[ Read More - Baca Selengkapnya ]

Young Crab and His Mother (Kepiting Muda dan Ibunya)

Young Crab and His Mother

"Why do you walk sideways like that?" asked a mother crab to her child. "You must go straight forward with your toes facing out."

"Show me how to walk well, Mom" said the little crab to his mother, "I really want to learn."

Hearing her son’s words, mother crab was trying to walk straight ahead. But she also simply could walk sideways, like how his son walked. And when the mother crab was trying to turn the toes outward, instead she tripped and fell to the ground with the nose first.

Do not explain how people should act unless you can provide a good figure.




Kepiting Muda dan Ibunya

"Mengapa kamu berjalan ke arah samping seperti itu?" tanya ibu kepiting kepada anaknya. "Kamu harus berjalan lurus ke depan dengan jari-jari kaki yang menghadap keluar."

"Perlihatkanlah saya cara berjalan yang baik, bu," kata kepiting kecil itu kepada ibunya, "Saya sangat ingin belajar."

Mendengar kata anaknya, ibu kepiting tersebut mencoba untuk berjalan lurus ke depan. Tetapi dia hanya bisa juga berjalan ke arah samping, seperti cara anaknya berjalan. Dan ketika ibu kepiting tersebut mencoba untuk memutar jari-jari kakinya ke arah luar, dia malah tersandung dan terjatuh ke tanah dengan hidung terlebih dahulu.

Jangan menjelaskan bagaimana orang harus bertindak kecuali kamu dapat memberikan contoh yang baik.
[ Read More - Baca Selengkapnya ]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...